refleksi tentang triage (baca : triase)


Akhir pekan a diminta untuk refleksi tentang emergency saat conference morning di IGD. Bingung juga nie mau nyampaikan apa, karena yang disampaikan bukan materi melainkan sebuah refleksi yang evidence based practice setelah seminggu training di IGD. Pesertanya adalah perawat yang dinas malam n pagi termasuk koordinator, kepala ruangan dan ketua tim. So, a coba terus memutar otak, mencari referensi dan inspirasi (agak-alay.com 😉 )  

Akhirnya inspirasi kudapat, referensi pun terkumpul. Tentang triage lah ntar yang a mau sampaikan. Mohon masukannya ya sebelum a sampaikan besok sabtu. Berikut ini draftnya yang a sarikan dari blogny puskesmas-oke dan webnya Divisi manajemen bencana PMPK FK UGM serta ditambah dari pengetahuan n pengalaman yang a dapat selama ini.

Dari blognya puskesmas oke kudapatkan bahwa Triage berasal dari kata Perancis “ Trier “ yaitu membagi dalam 3 group. Di kembangkan di medan pertempuran juga konsep ini digunakan bila terjadi bencana. Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari 1950 / 1960 karena 2 alasan yaitu meningkatkan kunjungan dan meningkatkan penggunaan untuk non urgen

Untuk selanjutnya berikut ini lanjutan tulisannya bang Erfandi  yang ditampilkan di blog puskesmas-oke

Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya

Hal itu diatur untuk mendapatkan :
– Pasien yang benar ke ….
– Tempat yang benar pada ….
– Waktu yang benar dengan ….
– Tersedianya perawatan yang benar ….

> SISTEM TRIAGE
Non Disaster :
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien
Disaster :
Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak

>TYPE-TYPE TRIAGE DI RUMAH SAKIT
Type 1 : Traffic Director or Non Nurse
– Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
– Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
– Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
– Tidak ada dokumentasi
– Tidak menggunakan protocol

Type 2 : Cek Triage Cepat
– Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter
– Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
– Evaluasi terbatas
– Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan pertama

Type 3 : Comprehensive Triage
– Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman
– 4 sampai 5 sistem kategori
– Sesuai protokol

> KONSEP TRIAGE
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa
Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya
Pengkategorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu
Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage

Klasifikasi Triage
Klasifikasi berdasarkan pada :
– pengetahuan
– data yang tersedia
– situasi yang berlangsung

Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai berikut :
Prioritas 1 atau Emergensi
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera
– Pasien dibawa ke ruang resusitasi
– Waktu tunggu 0 (Nol)
Prioritas 2 atau Urgent
– Pasien dengan penyakit yang akut
– Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
– Waktu tunggu 30 menit
– Area Critical care
Prioritas 3 atau Non Urgent
– pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal- luka lama
– kondisi yang timbul sudah lama
– area ambulatory / ruang P3
Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
– tidak ada respon pada segala rangsangan
– tidak ada respirasi spontan
– tidak ada bukti aktivitas jantung
– hilangnya respon pupil terhadap cahaya

3 (tiga) Kategori Sistem Triage :
Format asli dari triage adalah :
– Prioritas tertinggi
– Prioritas kedua
– Prioritas terendah

4 (empat) Kategori Sistem Triage :
– Prioritas tertinggi
Segera, klas 1, berat, emergency
– Prioritas tinggi
Sekunder, klas 2, sedang dan urgent
– Prioritas rendah
Dapat ditunda, klas 3, ringan, non urgent
– Meninggal
Mungkin meninggal, klas 4, klas 0

Kode Warna International Dalam Triage :
Warna HITAM : Priority 0 (DEAD)
Warna MERAH : Priority 1
Warna JINGGA : Priority 2
Warna HIJAU : Priority 3

> KLASIFIKASI TRIAGE DALAM GAMBARAN KASUS
Prioritas 1 – Kasus Berat
– Perdarahan berat
– Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
– Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
– Fraktur terbuka dan fraktur compound
– Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
– Shock tipe apapun

Prioritas 2 – Kasus Sedang
– Trauma thorax non asfiksia
– Fraktur tertutup pada tulang panjang
– Luka bakar terbatas ( <>
– Cedera pada bagian / jaringan lunak

Prioritas 3 – Kasus Ringan
– Minor injuries
– Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan

Prioritas 0 – Kasus Meninggal
– Tidak ada respon pada semua rangsangan
– Tidak ada respirasi spontan
– Tidak ada bukti aktivitas jantung
– Tidak ada respon pupil terhadap cahaya

Diatas itulah tulisan bang Efendi sedangkan berikut ini adalah draft SOP IGD tentang triage saat bencana yang ditulis oleh vanta dan ditampilkan di web Divisi manajemen bencana PMPK FK UGM.

TINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA

PENGERTIAN:
Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.TUJUAN:
Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.KEBIJAKAN:
1. Memilah korban berdasar:
a. Beratnya cidera
b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan
2. Triase tidak disertai tindakan
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.PROSEDUR:
1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter.
3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna :
  • Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb.
  • Tunda-Delayed (II)-KUNING. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas=”” permukaan=”” tubuh=”” dsb=”” br=””>
  • Minimal (III)-HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
  • Expextant (0)-HITAM. Pasien menglami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
5. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.
6. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan IGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7. Penderita/korban dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
8. Penderita/korban dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke  rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
9. Penderita/korban kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

14 thoughts on “refleksi tentang triage (baca : triase)

Silahkan tinggalkan komentar disini :)